Sabtu, 30 Agustus 2014

Malam Minggu Jomblo

Siapa bilang jomblo ga bisa malam mingguan? Gue jomblo, dan gue bisa malam mingguan (heloooooo siapa elo? *ngaca) hahaha.

Sebenernya malam minggu itu apa sih? Dan apa kaitannya ama jomblo? Yaaa malam minggu itu malam hari sebelum hari minggu (yaelaaaaah semua orang juga tahu kaliii -.-). Dan ga ada kaitanya sama sekali sama jomblo. Karena malam minggu adalah hak setiap orang. Hohoho.

Tapi yaaa gitu deh, orang-orang anggep malam minggu itu buat pacaran, makanya suka dianalogikan bahwa malam minggu itu malam paling menyengsarakan bagi yang ga punya pacar alias jomblo.

Tapi, sorry ga berlaku buat gue. Walau sendirian, tampak kayak ga punya teman, tampak kaya ga punya pacar (emang ga punya sih), gue tetap bisa menikmati malam minggu gue.. Hoho..

Jadi, ngapain aja gue di malam ini?

1. Nonton Guardian of The Galaxy SENDIRIAN

Filmnya bercerita tentang sekelompok orang yang awalnya saling ga kenal kemudian temenan dan menyelamatkan dunia. Inti ceritanya sih itu. Film ini cukup menarik dan bikin ketawa. Adegan tegang dan sedihnya doang yang kurang. Padahal biasanya gue kalo nonton, terus tokoh baiknya ada yang mati suka ikutan nangis, ini engga. Tapi ga terlalu mengecewakan kok. Ini seru dan recommended deeh! Dan gue menanti Guardian of The Galaxy II nyaa hohoho..

Dan sesungguhnya gue nonton juga ga sendirian sih. Banyak orang ga dikenal juga nonton di satu bioskop. Hahahhaahaha.

2. Lihat-lihat
Acara malam minggu selanjutnya adalah lihat-lihat. Ya lihat-lihat apa ajalah yang ada di sekitar. Berhubung gue tadi beli setrika travel yang kecil yang cuma ada di toko tertentu, eh pas lirik kanan lirik kiri banyak benda-benda yang bikin pengen banget buruan punya rumah terus dekor-dekor tu rumah dengan benda-benda ini.

Ga ada yang larang kalo liat-liat doang, walau ga beli. Dan ga ada yang larang buat foto-foto, walau ujung-ujungnya juga ga beli. Haha. Mungkin nanti ya. Sekarang lihat-lihat dulu, foto-foto dulu, itung-itung milih dan membandingkan mana yang mau dibeli kelak #tsaaaaah hahahaha.

Dan inilah hasil jepretan gue selama ngenvy di toko itu...


3. Makan-makan
Setelah lelah berkeliling-keliling toko melihat benda masa depan, saatnya gue makan.

Yaaah dapat dilihat dari pesanan menu di atas bahwa cuma ada 1 porsi. Yaaaa benar. Gue makan sendirian. Hiks hiks. Jujur, makan sendirian ga ada salahnua, karena lu jadi bebas milih mau makan dimana aja dan makan apa aja. Coba kalo bareng temen, kadang ada kan beda beda dikit pendapat tentang tempat makan yang mau dikunjungi. Tapi jujur aje, makan bersama itu lebih nikmat daripada makan sendirian. Ga ada obrolan, ga ada tawa, ga ada senda gurau. Yang ada cuma lu menatap piring dan menghabiskan makanan. Udah. Gitu doang. Hahahaha.

But, actually, it's not really a bad thing :)

4. Nongkrong di Pasar Malam
Yeaaaah berawal dari salah keluar pintu mall, berakhir di jalan raya ga di kenal yang penuh dengan orang yang nongkrong beserta ratusan penjual kaki lima yang berbaris rapih di kedua sisi jalan kecil (jadi di samping jalan gede, ada pembatas yang misahin dengan jalanan kecil yang cuma muat 1 mobil. jalan kecil inilah yang dipake penjual kaki lima buat nongkrong, di kedua sisinya, dan di tengah-pinggir nya duduk lesehan para pembeli). Berbagai jenis makanan dan jajanan ada disini. Mau dari jajanan yang emang udah tersohor, sampai jajanan yang gue baru liat. Gue rekomendasiin deh ni tempat buat anak muda di daerah bogor kalau mau nongkrong. Sensasinya beda ama lu nongkrong di cafe. Kalau mau datang, silakan datang malam minggu ke jalan menuju bojong gede, pas banget depan Cibinong City Mall. Yaaaah gue sendirian asyik asyik aja, gimana kalau rame-rame woooo makin asyik pastinyaaa :D


Yah beginilah kelakuan jomblo bernama Shofi ini. Kalau ga inget besok masuk kerja, mungkin sudah melakukan hal-hal lainnya. Hahahahaha. Intinya yah, malam minggu itu hak setiap orang. So, nikmatin aja dengan caramu sendiri :)

Jumat, 29 Agustus 2014

Sanksi Sosial Media Sosial di Indonesia

Siapa yang tidak tahu mengenai sanksi sosial? Sudah diajarkan sejak kecil macam-macam sanksi baik secara formal maupun langsung dialami. Mari kita tes, ada berapa macam sanksi yang kalian ketahui gaaaess? 1? 2? 3?

Menurut buku-buku PKN sih yang sudah kita pelajari, ada 4 jenis norma dengan sanksinya masing-masing. Norma-norma tersebut diantaranya: norma agama, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma kesopanan. Nah norma kesopanan inilah yang apabila dilanggar maka pelaku mendapatkan sanksi sosial, yaitu berupa cemoohan, pengucilan, atau pengasingan oleh masyarakat.

Pertanyaannya, masih berlaku kah norma sosial seperti itu? Ya, masih. Namun ada satu fenomena menarik akhir-akhir ini di Indonesia, sanksi sosial berkembang tidak hanya diberikan di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Jadi, anggota masyarakat yang dianggap tidak memenuhi norma kesopanan (berlaku tidak sopan, atau berlaku tidak sesuai dengan peraturan yang seharusnya disepakati bersama oleh masyarakat) akan dicemooh habis-habisan di media sosial hingga orang tersebut minta maaf.

Mengerikan... Bukan hanya masyarakat sekitar yang mencemooh, mengucilkan, atau mengasingkan pelaku pelanggaran norma sosial itu (ini sanksi sosial model lama), namun masyarakat dari berbagai pelosok negeri.. Bukan hanya orang-orang yang dikenal yang mencemooh, mengucilkan, atau mengasingkan pelaku, namun orang yang sama sekali tidak dikenal turut berpartisipasi memberikan sanksi sosial bagi mereka. Baguskah hal ini?

Terus terang, saya bukan seorang sosiolog atau psikolog yang memahami betul bagaimana dampak suatu tindakan terhadap masyarakat atau seseorang. Tapi, menurut pengamatan saya, hal ini menimbulkan efek jera, karena pelaku pelaku tersebut segera meminta maaf dan sampai saat ini tidak tampak lagi mereka melakukan hal yang sama (entah benar-benar menyesalinya dan berjanji dalam hati tidak akan mengulangi hal tersebut, atau hanya jaga image agar tidak lagi diperlakukan seperti itu oleh netizen padahal dalam hati ngedumel, nobody knows).

Itu bagusnya! Sanksi sosial di media sosial ngasih efek jera..
Namun saya sangat menyayangkan orang-orang yang mencemooh itu sepertinya sama saja dengan pelaku. Mereka mengindahkan norma kesopanan yang ada. Hanya saja karena perhatian semua orang sedang terfokus pada pelaku, jadi komentar para pencemooh dianggap suatu yang benar. Kata-kata kebun binatang keluar, kata-kata negatif keluar dari para komentator. Hmm. Jadi rancu ya, pemberi sanksi sosial ternyata pelanggar norma itu sendiri. Betapa sanksi sosial di media sosial dapat mendorong orang lain ikut-ikutan melanggar norma kesopanan.

Jadi, munculah pertanyaan baru. Jika pelaku tidak dicemooh, akankah efek jera itu muncul? Misalkan semua komentator menasehatinya dengan kata-kata yang baik dan bijaksana. Sekali lagi, Nobody Knows. Namun, kenapa tidak? Selagi kita bisa berbuat baik, kenapa harus berbuat yang kurang baik? Selagi kita bisa berkata baik, kenapa harus berkata yang kurang baik? Ini anggapan aku saja sih, setidaknya biarkanlah hanya pelaku saja yang melakukan pelanggaran norma, ga usah ikut-ikutan melanggar norma juga.

Nah ada yang lebih mengerikan lagi dari sanksi sosial di media sosial ini. Kata yang pernah terdengar, atau tulisan yang pernah terbaca, terutama hal-hal berbau negatif itu bisa dimaafkan, tapi tidak dilupakan. Mungkin, meski kasusnya sudah beres dan orang-orang sudah menerima permintaan maaf pelaku, namun sebagian besar dari mereka akan terus mengingat "pelaku pernah melakukan itu", meskipun orang-orang hanya denger atau baca di media sosial.

Yah, begitulah menurutku betapa perubahan teknologi dan maraknya media sosial menjadikan bentuk sanksi sosial pun berubah menjadi hal yang lebih kompleks. Alangkah baiknya kita ambil pelajaran dari fenomena ini agar terus menjaga sopan santun kita di manapun kita berada. Karena kita dituntut untuk berperilaku sopan tidak hanya di dunia nyata, namun juga di dunia maya karena sudah jadi bagian dari hidup kita, bukan begitu?

---------------------------

Berikut contoh pelanggaran norma kesopanan, sanksi yang diberikan netizen, dan permintaan maaf dari pelaku..