Kalimat di atas yang pertama kali muncul di benakku ketika aku melihat seorang ibu tua bersama ibu muda yang menggendong kedua anaknya naik ke atas bus. Di sampingku duduk seorang laki-laki muda, sekitar 20 tahunan. Saat itu, bus sudah penuh, sehingga kedua ibu tersebut harus berdiri. Saat itulah terbersit kata-kata tersebut untuk laki-laki yang duduk di sampingku. Dia malah memejamkan mata dan asyik tidur setelah melihat kedua ibu tersebut bergantungan di tengah-tengah bus. Beginilah keadaan bus saat itu
Terus terang ada perasaan kesal pada lelaki di sampingku, tapi aku malah melupakan diriku sendiri. Kenapa harus lelaki tersebut yang mengalah? Kenapa tidak aku saja yang mengalah? Aku tidak bisa membayangkan jika ibuku yang sudah tua yang harus berdiri selama 6 jam perjalanan (Kuningan-Bogor) itupun kalau lancar, atau kakak perempuanku yang menggendong anaknya berdiri selama itu. Ada perasaan sedih, tapi sepertinya setan lebih kuat menggodaku, jujur sempat terlintas kata-kata "Ah, kita toh sama-sama bayar. Ah, kan aku duluan naik. Ah, aku juga wanita, harusnya laki-laki yang mengalah. Aku juga butuh istirahat soalnya abis ini mau rapat dan latihan senam sampai malam. Bagaimana kalau aku kecapean berdiri? Tapi ............"
Perasaan itu terus mengganjal di hatiku. Antara ingin mengalah, atau menikmati kenyamanan tempat duduk. Keraguanku terhapuskan oleh seorang wanita cantik (aku yakin hatinya pun cantik). Dia berdiri dan menawarkan ibu muda yang menggendong dua anak untuk duduk di tempatnya. Saat ibu muda itu sedikit menolak, wanita cantik berkerudung biru itu berkata, "Gapapa bu, kasihan adik kecilnya kalau berdiri". Ya, dia benar! Akhirnya aku mengikuti jejaknya untuk menawarkan tempat dudukku pada ibu tua. Ibu tua tersebut awalnya ragu-ragu, namun akhirnya menerima tawaranku, bahkan dia membagi kursinya, walau aku cuma numpang nempelin pantat dikit, selebihnya berat badanku bertumpu pada 2 kaki yang mantap menapak hahahaha (lebay dikitlah). Jadi kami duduk satu kursi berdua. Kawan, benar-benar deh perasaan pegal, kesemutan, lelah, dan lain sebagainya tidak akan sebanding dengan sakitnya perasaan kita saat melihat anggota keluarga kita ada yang kesusahan seperti itu. Aku malu sama diriku sendiri, kenapa harus ragu-ragu untuk berbuat baik? Aku malu karena telah berharap agar orang lain yang berbuat baik, yaitu laki-laki yang duduk di sampingku.
Jujur saja, sebagian besar pemudik hari ini adalah mahasiswa, dan banyak sekali lelaki muda yang lebih kuat fisiknya jika dibandingkan dengan ibu-ibu yang aku sebutkan tadi. Hal inilah yang membuatku miris, kenapa malah wanita berkerudung biru itu yang berinisiatif? Mana inisiatif dari pihak lelaki? Mereka bahkan cuek bebek dan menikmati tidurnya. Yah walaupun tidak mesti lelaki yang mengalah, tapi di benak aku (mungkin ini pikiran yang salah) lelaki itu secara fisik lebih kuat daripada wanita, jadi kalau buat urusan berdiri lama di bus, yah harusnya ga jadi masalah buat mereka (CMIIW). Bukan, bukan aku minta dimanjakan sebagai wanita, hanya saja aku masih menganggap (mungkin anggapanku salah) kalau lelaki yang ditakdirkan jadi pemimpin (terutama pemimpin rumah tangga) lebih bisa tanggap dalam membantu sesamanya.
Yah siapapun itu, wanita atau lelaki muda, seharusnya bisa peduli sama lingkungannya. Tapi kenyataanya......................................
Sudah begini parahkah kepedulian anak muda terhadap lingkungannya? Begini kurangkah kepekaan sosial mereka? Ya, mungkin aku salah satunya yang kurang peduli terhadap lingkungan dan kurang peka terhadap kehidupan sosial. Oleh karena itu, melalui tulisan ini aku ingin mengingatkan diriku sendiri, begitu teganya aku hari ini. Aku manusia biasa yang bisa lupa, makanya aku menuliskannya biar selalu teringat kejadian itu dan meningkatkan kepedulian. Aku juga ingin mengajak kawan-kawan yang membaca tulisanku untuk menumbuhkan kembali kepedulian yang telah hilang. Bagaimana nasib bangsa ini jika bukan kita yang peduli?
Yah siapapun itu, wanita atau lelaki muda, seharusnya bisa peduli sama lingkungannya. Tapi kenyataanya......................................
Sudah begini parahkah kepedulian anak muda terhadap lingkungannya? Begini kurangkah kepekaan sosial mereka? Ya, mungkin aku salah satunya yang kurang peduli terhadap lingkungan dan kurang peka terhadap kehidupan sosial. Oleh karena itu, melalui tulisan ini aku ingin mengingatkan diriku sendiri, begitu teganya aku hari ini. Aku manusia biasa yang bisa lupa, makanya aku menuliskannya biar selalu teringat kejadian itu dan meningkatkan kepedulian. Aku juga ingin mengajak kawan-kawan yang membaca tulisanku untuk menumbuhkan kembali kepedulian yang telah hilang. Bagaimana nasib bangsa ini jika bukan kita yang peduli?
Kalo kondisinya cape banget, saya pernah gak memperhatikan sekitar dan duduk aja di ruang khusus pria trans jakarta. Ah semoga itu kali terakhir gak peduli.. .
BalasHapusAku juga kalo pas kosong dan cape banget suka ketiduran.. pas bangun2 udah penuh sesak, lirik kanan kiri nyari yang membutuhkan ga keliatan, ya udah tidur lagi... hahaha...
Hapus