. |
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dan lain sebagainya. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas, bukan keuntungan atau kekayaan. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang mampu mencapai kesuksesan yang diharapkan dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Pelaku dari konsep kewirausahaan adalah wirausaha (entrepreneur). Menurut Zimmerer, wirausaha adalah seorang inovator yang kreatif dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.
Seiring dengan perubahan zaman, kewirausahaan pun mengalami evolusi. Pada awalnya kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang lain seperti industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya. Diawali dengan adanya agripreneur, kemudian berkembangnya technopreneur, hingga saat ini terdapat berbagai macam entrepreneur, seperti political entrepreneur, knowledge entrepreneur, dan social entrepreneur. Agripreneur adalah individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan (McClelland). Technopreneur adalah pencipta kekayaan melalui inovasi, teknologi, pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi, dan pembagian kekayaan yang bergantung pada kerja keras dan pengambilan risiko (Bygrave). Adapun definisi dari political entrepreneur adalah pemain politik yang berusaha mendapatkan manfaat politik maupun sosial dengan menyediakan kebutuhan umum masyarakat yang dapat dinikmati bersama. Selain agripreneur, technopreneur, terdapat pula knowledge entrepreneur, yaitu seseorang yang dapat mengenali atau menciptakan kesempatan dan mewujudkan wawasan maupun produk yang inovatif, biasanya mereka bekerja di perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga penelitian. Saat ini yang sedang marak diperbincangkan adalah social entrepreneur, yaitu seseorang yang mengenali masalah sosial dan menggunakan prinsip kewirausahaan untuk mengorganisasikan, menciptakan, dan mengatur sebuah usaha yang menghasilkan perubahan sosial. Agripreuner, technopreneur, political entrepreneur, knowledge entrepreuner, social entrepreneur, dan entrepreneur yang lainnya memiliki kesamaan, yaitu menggambarkan seseorang yang inovatif dan dapat memanfaatkan peluang untuk keuntungan. Kemampuan ini yang dibutuhkan oleh semua organisasi masyarakat karena dapat memberikan dampak positif baik ke dalam (facing in) maupun ke luar (facing out) organisasi.
Salah satu kemampuan dari jiwa wirausaha menurut Soeparman S. adalah kemampuan untuk merumuskan tujuan hidup atau usaha. Seseorang yang sudah mengetahui tujuannya akan senantiasa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian tujuan tersebut. Sebagai contoh, dia bekerja di organisasi yang memiliki tujuan melestarikan orang utan, maka dia akan melakukan hal-hal yang dapat membantu pelestarian orang utan, tentu saja dengan cara-cara yang baik, sehingga tidak membawa pengaruh buruk terhadap lingkungannya. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan memotivasi diri. Meskipun pekerjaan di organisasi begitu banyak dan menantang, orang yang dapat memotivasi dirinya sendiri akan sanggup menyelesaikannya, begitu pula sikapnya terhadap lingkungan. Kemampuan lain dari seorang wirausaha adalah kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga kebiasan tersebut menjadi suatu inisiatif. Inisiatif ini bisa bermacam-macam, seperti inisiatif untuk menghibur rekan kerja yang bersedih dalam organisasi, inisiatif untuk mencari solusi dari permasalahan di organisasi, atau inisiatif mengajak masyarakat sekitar untuk bekerjasama mewujudkan tujuan organisasi. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri juga merupakan bagian dari jiwa wirausaha. Mereka yang pandai mengatur waktu dan membiasakan diri tidak akan berfokus pada pekerjaannya saja dan mengabaikan lingkungan sekitar. Ada pula kemampuan penting yang terkadang dilupakan, yaitu kemampuan mental yang didasari agama. Soeparman S. menjadikannya sebagai kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk prilaku. Dimanapun mereka bekerja, mental kerjanya selalu dilandasi agama, sehingga sesuai dengan etika kerja yang seharunya, di samping itu mereka tidak akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, sehingga tidak membawa dampak negatif terhadap lingkungannya. Banyak orang yang melakukan hal yang menguntungkan diri sendiri tanpa mempedulikan lingkungannya, seperti para pengusaha kayu yang menebang pohon sembarangan tanpa memikirkan akibat perbuatannya, hal ini karena mental kerja mereka tidak dilandasi agama. Terakhir adalah kemampuan terpenting seorang wirausaha, yaitu kemampuan berinovasi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, wirausaha adalah seorang inovator yang bisa memanfaatkan peluang untuk mendapatkan keuntungan. Orang seperti ini yang sangat dibutuhkan oleh organisasi, terutama perusahaan bisnis karena semakin meningkatnya persaingan. Dampak positif adanya seorang inovator dalam organisasi bisa berupa munculnya ide-ide baru yang bisa direalisasikan sehingga kinerja di organisasi menjadi lebih baik, sedangkan salah satu dampak untuk lingkungan adalah munculnya inovasi yang bisa membantu masyarakat untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien dan efektif.
Semua kemampuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur dapat dimanfaatkan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat memberi dampak ke dalam organisasi (facing in) maupun ke luar organisasi (facing out) karena begitu besar pengaruh jiwa kewirausahaan seseorang terhadap sebuah organisasi dan lingkungan sekitarnya. Di bidang apapun itu, baik agripreuner, technopreneur, social entrepreuner, dan lain sebagainya kemampuan wirausaha sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar