Kamis, 09 Oktober 2014

Resume: The On Time, On Target Manager


Yaaaaaks, jadi ceritanya diminta oleh bapake dan bapaknya bapake (Pak Boss dan ayahnya Pak Boss) untuk baca buku bermutu minimal sejam setiap harinya. So, karena dikasihnya buku ini, ya aku baca buku ini. Dan karena faktor U selalu menyerang setiap saat, maka aku putuskam untuk meresume dan mencatatnya di blog. Biar kalo lagi khilaf, terus iseng-iseng buka blog, nemu ni tulisan tiba-tiba dapat pencerahan kembali. Hahahaha. Aaaaamin. Next, aku bakal resume buku pilihanku sendiri (langsung bayangin komik naruto) hahahaha..

Jadi, penulis buku ini menyampaikan ilmunya dengan cara menarik, naratif. So, bukan jenis bacaan yang berat, sehingga aku yang agak-agak begini pun bisa mencernanya dengan baik. Hohoho.

Buku ini menceritakan tentang Bob yang selalu menjadi manajer-yang-menunggu-hingga-detik-terakhir alias sering telat dan menunda-nunda pekerjaan. Suatu hari, dia ditegur bosnya, Pak Dave, dan Pak Dave akhirnya memasukkan Bob ke dalam masa percobaan. Alasan Pak Dave masih mempertahankan Bob karena dia memiliki karakter, meskipun kinerjanya buruk. Karakter sulit untuk diubah, namun kinerja mudah untuk diubah, jadi yang akan dilakukam oleh Pak Dave adalah merubah kinerja Bob. Bagaimana caranya? Bob diminta untuk menemui sang CEO, namun CEO bukan seperti yang biasa dikenal, CEO ini adalah Chief Effectiveness Officer, yakni seseorang yang ditunjuk untuk menjaga keefektifan kerja para pegawai bermasalah seperti halnya Bob.

Pada hari pertama Bob menemui CEO ini, Bob diberitahu mengenai konsep 3 P yang harus benar-benar dipahami oleh Bob. P pertama adalah Priority (prioritas), yaitu apa yang harus didahulukan daripada yang lain. Agar lebih memahami konsep ini, Bob diberi tugas untuk mengurutkan beberapa kegiatan sesuai dengan prioritasnya. Keesokan harinya Bob menyerahkan tugasnya, dan CEO hanya tersenyum melihat jawaban Bob karena dalam hal prioritas tidak ada jawaban salah atau benar. Salah satu poin yang ada dalam tugas Bob adalah pergi menemui dokter, dan Bob menaruhnya sebagai kegiatan yang paling tidak dia prioritaskan, dia lebih memilih rapat dengan pegawainya dibanding bertemu dokternya. Memang saat Bob mengerjakan tugas ini, dia berada dalam keadaan sehat. Namun, sang CEO bertanya, bagaimana jika dia sedang dalam masa penyembuhan kanker, apa yang akan dia prioritaskan?
(Menyimpang sedikit, tapi ini bagus... Mengenai pengingkaran). Jadi, penyebab pertama kematian di Amerika adalah "pengingkaran". Dimana saat mereka mulai merasakan gejala tertentu, mereka mengingkarinya, dan menganggap semuanya baik-baik saja. Seperti Ayahnya sang CEO yang baru mau berobat ketika kankernya sudah parah, sebelumnya dia lebih memprioritaskan pekerjaannya, hingga akhirnya dia meninggal. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika lebih cepat ditangani? Mungkin Ayahnya tidak perlu operasi dan kemoterapi berulangkali.
Setelah menceritakan hal tersebut, sang CEO kembali bertanya mengenai prioritas Bob yang mengakhirkan pertemuan dengan dokter. Bob tidak menjawabnya, namun mengerti maksudnya. Penentuan prioritas dapat berubah sesuai kondisi yang terjadi. Menurut sang CEO, kesalahan fatal penentuan prioritas ini sering terjadi dikarenakan: seseorang menunda untuk melakukan hal yang penting, menganggap bahwa semuanya harus dikerjakan, dan menyebabkan stress pada dirinya sendiri karena menyelesaikan semuanya pada detik terakhir, seperti halnya ayah sang CEO yang baru memprioritaskan kesehatannya setelah sangat parah. Oleh karena itu, aktivitas perlu dikategorikan menjadi:
1. LAKUKAN (jika ingin dan harus melakukan, jika harus melakukan namun tidak ingin)
2. PERTIMBANGKAN (jika ingin melakukan namun tidak harus)
3. JANGAN (jika tidak ingin dan tidak harus melakukannya)
Kebanyakan orang yang kerepotan dengan pekerjaan sehari-harinya karena dia melakukan aktivitas yang JANGAN, dia tidak menentukan prioritas dengan benar.

Nah pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana menentukan prioritas dengan benar? Ini pertanyaan yang diajukan Bob. CEO menunjukkan P yang kedua, yaitu Propriety (etika), ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Agar lebih memahaminya, tugas kedua bagi Bob adalah mempelajari mengenai Undang-Undang Dasar Etika. Adapun UUD tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lakukan hal yang tepat (dilihat dari sisi legalitas, keadilan, dan kepercayaan pada diri sendiri)
2. Lakukan untuk alasan yang tepat (untuk apa sih kita melakukan itu? seperti halnya Martin Luther King Jr yang bekerja di bidang hak hak asasi manusia. Sebenarnya untuk apa dia melakukan itu? mencari ketenaran? mencari kekayaan? Tentu saja dia melakukannya untuk memperjuangkan persamaan hak, adapun ketenaran yang dia dapat hanya dampak sampingan. Ya, begitulah alasan yang tepat dalam melakukan sesuatu)
3. Lakukan dengan orang yang tepat (yaitu orang-orang yang memiliki pemahaman nilai yang sama dengan kita, memiliki tujuan dan semangat yang sama)
4. Lakukan pada saat yang tepat
5. Lakukan dengan urutan yang tepat (Ya! Kita tak bisa memasak kue dengan mengaduk adonan tanpa mempersiapkan bahan dan alatnya terebih dahulu)
6. Lakukan dengan serius (antusias, bergairah, melatih diri dengan baik, berketetapan hati, dan tidak mundur saat gagal)
7. Berikan hasil yang tepat (yaitu hasil yang benar untuk semua pihak yang terkait)

Setelah merenung semalaman akhirnya Bob memahaminya (sesungguhnya ada kisah di balik pemahaman ini, namun aku skip ajalah ya biar cepet). Esoknya Bob kembali menemui sang CEO dan menyampaikan buah pikirnya. Setelah berdiskusi beberapa saat, akhirnya CEO menunjukkan P yang ketiga, yaitu Commitment. Bob sempat terkejut karena P yang ketiga tidak diawali dengan huruf P, dan CEO menjelaskan bahwa dia tidak menemukan kata yang sepadan untuk sikap ini yang diawali dengan huruf P. Komitmen berarti menyelesaikan pekerjaan itu apapun yang terjadi, bisa dikatakan karena benar-benar menginginkannya. Sehingga perlu dijawab:
1. Apa yang harus ingin dilakukan?; dan
2. Mengapa harus ingin melakukannya?

Finally, Bob menarik kesimpulan seperti ini:
1. PRIORITAS. Prioritas berubah, jadi ketahui apa yang harus dilakukan dan kapan itu harus dilakukan. Ini merupakan strategi untuk mengatasi KETERLAMBATAN
2. ETIKA. Memegang teguh UUD. Ini merupakan strategi untuk mengatasi RENDAHNYA KUALITAS KERJA
3. KOMITMEN. Menyelesaikan apa yang diinginkan dan dimulai. Ini merupakan strategi mengatasi KETIDAKSERIUSAN

Yah setelah menjalani berbagai proses yang panjang, Bob sang-manajer-yang-menunggu-hingga-detik-terakhir berubah menjadi Bob sang-manajer-yang-tepat-waktu-tepat-sasaran..

Sebenarnya ada kisah selanjutnya lagi, tapi lebih asyik kalau baca versi lengkapnya, daripada versi-resumenya-shofi-yang-apalah-atuh hahaha..

Actually, I love the last part of this book, but I forgot to write it down :( Anyway, you can read the preview of this book here




Tidak ada komentar:

Posting Komentar