Jumat, 29 Agustus 2014

Sanksi Sosial Media Sosial di Indonesia

Siapa yang tidak tahu mengenai sanksi sosial? Sudah diajarkan sejak kecil macam-macam sanksi baik secara formal maupun langsung dialami. Mari kita tes, ada berapa macam sanksi yang kalian ketahui gaaaess? 1? 2? 3?

Menurut buku-buku PKN sih yang sudah kita pelajari, ada 4 jenis norma dengan sanksinya masing-masing. Norma-norma tersebut diantaranya: norma agama, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma kesopanan. Nah norma kesopanan inilah yang apabila dilanggar maka pelaku mendapatkan sanksi sosial, yaitu berupa cemoohan, pengucilan, atau pengasingan oleh masyarakat.

Pertanyaannya, masih berlaku kah norma sosial seperti itu? Ya, masih. Namun ada satu fenomena menarik akhir-akhir ini di Indonesia, sanksi sosial berkembang tidak hanya diberikan di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Jadi, anggota masyarakat yang dianggap tidak memenuhi norma kesopanan (berlaku tidak sopan, atau berlaku tidak sesuai dengan peraturan yang seharusnya disepakati bersama oleh masyarakat) akan dicemooh habis-habisan di media sosial hingga orang tersebut minta maaf.

Mengerikan... Bukan hanya masyarakat sekitar yang mencemooh, mengucilkan, atau mengasingkan pelaku pelanggaran norma sosial itu (ini sanksi sosial model lama), namun masyarakat dari berbagai pelosok negeri.. Bukan hanya orang-orang yang dikenal yang mencemooh, mengucilkan, atau mengasingkan pelaku, namun orang yang sama sekali tidak dikenal turut berpartisipasi memberikan sanksi sosial bagi mereka. Baguskah hal ini?

Terus terang, saya bukan seorang sosiolog atau psikolog yang memahami betul bagaimana dampak suatu tindakan terhadap masyarakat atau seseorang. Tapi, menurut pengamatan saya, hal ini menimbulkan efek jera, karena pelaku pelaku tersebut segera meminta maaf dan sampai saat ini tidak tampak lagi mereka melakukan hal yang sama (entah benar-benar menyesalinya dan berjanji dalam hati tidak akan mengulangi hal tersebut, atau hanya jaga image agar tidak lagi diperlakukan seperti itu oleh netizen padahal dalam hati ngedumel, nobody knows).

Itu bagusnya! Sanksi sosial di media sosial ngasih efek jera..
Namun saya sangat menyayangkan orang-orang yang mencemooh itu sepertinya sama saja dengan pelaku. Mereka mengindahkan norma kesopanan yang ada. Hanya saja karena perhatian semua orang sedang terfokus pada pelaku, jadi komentar para pencemooh dianggap suatu yang benar. Kata-kata kebun binatang keluar, kata-kata negatif keluar dari para komentator. Hmm. Jadi rancu ya, pemberi sanksi sosial ternyata pelanggar norma itu sendiri. Betapa sanksi sosial di media sosial dapat mendorong orang lain ikut-ikutan melanggar norma kesopanan.

Jadi, munculah pertanyaan baru. Jika pelaku tidak dicemooh, akankah efek jera itu muncul? Misalkan semua komentator menasehatinya dengan kata-kata yang baik dan bijaksana. Sekali lagi, Nobody Knows. Namun, kenapa tidak? Selagi kita bisa berbuat baik, kenapa harus berbuat yang kurang baik? Selagi kita bisa berkata baik, kenapa harus berkata yang kurang baik? Ini anggapan aku saja sih, setidaknya biarkanlah hanya pelaku saja yang melakukan pelanggaran norma, ga usah ikut-ikutan melanggar norma juga.

Nah ada yang lebih mengerikan lagi dari sanksi sosial di media sosial ini. Kata yang pernah terdengar, atau tulisan yang pernah terbaca, terutama hal-hal berbau negatif itu bisa dimaafkan, tapi tidak dilupakan. Mungkin, meski kasusnya sudah beres dan orang-orang sudah menerima permintaan maaf pelaku, namun sebagian besar dari mereka akan terus mengingat "pelaku pernah melakukan itu", meskipun orang-orang hanya denger atau baca di media sosial.

Yah, begitulah menurutku betapa perubahan teknologi dan maraknya media sosial menjadikan bentuk sanksi sosial pun berubah menjadi hal yang lebih kompleks. Alangkah baiknya kita ambil pelajaran dari fenomena ini agar terus menjaga sopan santun kita di manapun kita berada. Karena kita dituntut untuk berperilaku sopan tidak hanya di dunia nyata, namun juga di dunia maya karena sudah jadi bagian dari hidup kita, bukan begitu?

---------------------------

Berikut contoh pelanggaran norma kesopanan, sanksi yang diberikan netizen, dan permintaan maaf dari pelaku..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar